July 24, 2009

7 Cara Mengatasi Dosa

Sebelum kita berkomitmen terhadap Yesus, mungkin kita tidak terlalu peka terhadap dosa yang kita buat. Atau mungkin kita tahu kita berdosa, tapi kita tak mau ambil pusing dan menghiraukannya. Tapi sekarang kita telah memulai suatu hidup baru bersama Yesus, dan terang dari ajaran – ajaranNya mungkin membuat kita semakin peka terhadap kegelapan dosa. Sebenarnya apa sih dosa itu dan bagaimanakah cara kita untuk menghadapinya?

Manusia sering kali berdosa, mulai dari berbohong, mencuri, membunuh, dan banyak lagi perbuatan jahat lainny yang sudah pasti kita tahu itu dosa. Namun ternyata, dosa lebih dari itu. Ternyata di dalam diri kita semua sebagai manusia ada yang disebut egoisme yang sudah menjadi sifat bawaan tiap manusia. Karena egoisme inilah, terkadang kita sendiri bisa terkejut dengan tindakan dosa yang kita lakukan. Dan siapapun kita, sehebat dan sesukses apapun kita, kita tidak sanggup melepaskan diri kita sepenuhnya dari dosa. Termasuk saya dan anda. Dan oleh sebab itulah Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita, memaafkan, dan membersihkan kita.

Namun, kita juga tahu, sifat bawaan kita yang berdosa bukanlah satu-satunya faktor utama. Kita juga selalu digoda oleh setan, musuh utama kita. Bukan hanya kita, saat Yesus turun ke dunia, Ia juga telah dicobai dan digoda oleh setan sebanyak tiga kali sebelum Ia memulai pengajaranNya. Setan selalu saja mencoba untuk membawa kita keluar dari jalur yang salah dan menggoda kita untuk menjauh dari Bapa.

Tetapi Tuhan telah memberikan kita senjata yang kuat untuk melawan setan. Ketika kita telah percaya kepada Yesus Sang Juru Selamat, Roh Kudus diberikan Bapa kepada kita dan selalu tinggal di dalam kita. Roh Kudus membuat kita hidup secara rohaniah, bukan badaniah. Dengan Roh Kudus kita diberikan kekuatan untuk mengatasi dosa. Sampai saat ini saya sendiri selalu saja jatuh bangun dalam dosa, namun mari kita mencoba untuk membuat strategi jitu untuk melawan dosa bersama Bapa kita.

Cara Pertama, Percayalah pada Tuhan.

Kita harus percaya bahwa Tuhan selalu bersama kita untuk menolong kita. Bapa kita yang begitu setia tidak pernah meninggalkan kita. Ia adalah kekuatan bagi kita. Dan Ia adalah bantuan terhebat dan terkuat bagi kita. Kita tahu tidak ada yang lebih kuat daripadaNya. Karena kita telah ditolong oleh sosok yang Terhebat, kenapa kita harus takut kalah atas dosa?

Cara Kedua, Rendah Hatilah

Selama kita sombong dan merasa kita sendiri mampu menghadapi masalah dan dosa, kita akan gagal. Karena kita hanya kuat jika kita menyerahkan semua kekuatan pada Bapa kita.

Cara Ketiga, Lawanlah

Lawanlah godaan yang datang. Tuhan sedang membangun karakter kita dengan mengizinkan berbagai pencobaan dan godaan datang kepada kita. Setiap kali kita belajar untuk mengatakan tidak pada dosa, akan lebih mudah bagi kita untuk mengatakan tidak pada cobaan-cobaan berikutnya.

Cara Keempat, Melarikan diri

Mungkin ini terkesan berlawanan dengan cara yang ketiga. Ada saatnya kita harus melawan godaan yang datang. Tapi ada kalanya, saat kita bisa menjauhkan diri kita sejauh mungkin dari sumber cobaan, kenapa kita tidak menjauh dan malah mencoba –coba untuk digoda?

Cara Kelima, Berpegang pada Kebenaran

Kita selalu berbuat apa yang kita anggap benar. Jika kita percaya bahwa uang adalah kebahagiaan, kita akan mulai bertindak untuk menimbun uang dengan segala cara. Jadi, janganlah berpegang pada kebenaran yang salah. Berpeganglah pada Bapa dan ajaranNya yang akan memotivasi kita untuk keluar dari jalan yang salah.

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakanmu (Yohanes 8:31-32).

Cara Keenam, Berdoa

Doa menghubungkan kita langsung pada Bapa kita dan ini sangat membantu kita dalam mengatasi godaan. Roh kita selalu ingin menjauh dari godaan, namun kita tahu bahwa tubuh kita lemah terhadap godaan. Dengan berdoa, kita dikuatkan, karena saat kita berdoa, Bapa kita akan membantu kita melemahkan segala godaan.

Cara Ketujuh, Kasihilah Tuhan dan Ingatlah Ia mengasihi kita

Saat kita mencintai seseorang dan merasa begitu dicintai, kita akan sulit untuk melakukan hal-hal yang menyakiti orang yang kita cintai. Maka dari itu, dengan mengasihi Bapa kita dan mengingat kasihNya yang begitu besar pada kita, kita akan termotivasi untuk menang atas perbuatan dosa. Kasih lebih besar dari segala godaan.

July 20, 2009

Kasih sebagai Dasar dari Kekristenan

Sering kali saya mendengar khotbah dan membaca tentang kasih di berbagai media menyangkut kekristenan. Hari ini saya ingin mencoba untuk menggali bagaimana kasih itu terlukis dan apa yang Tuhan ingin kita lakukan dengan ‘kasih’.

Allah adalah Kasih.

Dalam 1Yohanes 4:7-8, Yohanes menyampaikan bahwa kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi Allah berasal dari Allah, dan siapa yang tidak mengenal kasih, tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Mungkin pernah terfikir oleh kita, kenapa Allah selalu di kaitkan dengan ‘kasih’. Pada 1Yohanes 4:19, jelas tertulis bahwa kita mulai mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya Allah itu adalah sumber dari segala kasih. Ia adalah Sang Pemberi kasih yang pertama dan utama. Satu tujuan utama Yesus datang ke dunia adalah menghapus dosa kita di dunia, dan hal ini Ia lakukan atas dasar kasihNya yang begitu besar.

Allah mengasihi kita.

Apakah anda tahu bahwa Allah sangat mengasihi kita? Selain pengorbananNya di kayu salib, kasihNya juga nyata terlihat bagi setiap individu seperti kita. Pernahkah anda berfikir bagaimana Tuhan mengenal anda secara pribadi, lebih dari siapapun orang terdekat yang anda miliki? Ia mengerti apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan. Ia tidak pernah salah paham terhadap maksud hati dan tujuan kita. Bayangkan, berapa banyak orang yang ada di dunia ini, dan Allah mengenal setiap individu dengan begitu detail.

Terlebih lagi, kasih Allah tidak pernah memilih. Ia mencintai setiap kita apapun keadaan kita. Sering kali kita merasa kita tidak layak karena telah berbuat begitu banyak dosa di kehidupan kita dan merasa Tuhan tidak akan memaafkan kita dan mengasihi kita seperti Ia mengasihi orang yang baik dan orang yang patut dikasihi. Namun, Tuhan mengasihi kita apapun dan bagaimanapun kita.

Akan tetapi Allah menunjukan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8).

Jelas terlihat di ayat diatas bahwa walapun kita berdosa, Allah tetap mengasihi kita. Lihatlah bagaimana Allah sangat di gambarkan oleh kasih. Maka dari itu, dalam kekristenan itu sendiri, kasih merupakan hal yang sangat utama. Karena Allah adalah kasih, Ia ingin kita sebagai anak-anaknya turut mengasihi. Yesus menjawab pada orang ahli Taurat yang menanyakan hukum mana dari hukum Taurat yang merupakan terutama:

“Kasihilah Tuhan, Allah-mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37-39).

Pertama, kita harus mengasihi Allah dengan segenap pikiran, hati dan akal budi kita dengan cara mematuhi semua perintahNya, memujiNya, menyembahNya, dan terus berdoa dan berserah kepadaNya.

Kedua, kita harus mengasihi sesama manusia, baik itu teman, keluarga, orang yang tak kita kenal, bahkan hingga musuh kita. Yesus sendiri yang mengajarkan kita pada Lukas 10:29-37, bahwa kita harus mengasihi sesama termasuk musuh kita. Sebagai pengikut Kristus, kita mungkin tidak selalu berjalan mulus dan diterima di masyarakat, banyak situasi dimana pengikut Kristus harus menderita, tertolak, dan bahkan teraniaya. Untuk hal yang satu ini, Yesus juga telah berpesan, bahwa “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya (2Timotius 3:12)” dan Yesus berpesan “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:44&45).

Mungkin banyak dari kita tidak sanggup mengasihi musuh kita. Secara akal sehat, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi orang yang kita benci? Namun, Yesus memberi contoh, dengan kasih, kita akan belajar untuk memaafkan dan mengasihi.

Sebagai murid Yesus, kita pasti ingin mengikuti teladan Sang Guru, ingatkah anda apa yang Tuhan Yesus katakan saat Ia disalibkan? Yesus berkata:’Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34)’. Tidakkah anda tersentuh? Yesus yang telah di salibkan dan dianiaya dengan sangat kejam masih memohon pengampunan bagi mereka yang menganiayaNya. Ok, mungkin anda pikir bagaimana anda bisa semulia Bapa kita yang penuh pengampunan.Bagaimana kalau anda baca ayat yang satu ini:

”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:14-15)”

Renungkanlah ayat ini. Mungkin ada dari beberapa kita yang benar-benar telah dikhianati atau dilukai begitu dalam hingga kita sulit untuk memaafkan, apalagi dilukai oleh orang terdekat kita. Apakah anda sudah memaafkan mereka? Karena Bapa kita meminta anda untuk melakukan itu.

Memaafkan seseorang bukan berarti anda sekarang langsung terus saja percaya pada mereka dan langsung saja berteman sedekat dulu. Mungkin saja mereka memang tidak bisa dipercaya. Namun, satu hal penting yang harus anda lakukan, putuskan untuk tidak menyimpan kesalahan yang telah mereka buat di hati anda. Mungkin banyak dari kita tidak sanggup untuk melakukan ini, tapi berdoalah pada Bapa, mintalah damai dan pengampunan daripadaNya, dan anda akan merasakannya.

July 19, 2009

Awal Hidup Baru

Hari ini pertama kalinya saya menulis sebuah artikel untuk blog. Setiap hal yang baru memberikan saya rasa gugup, takut, dan gelisah tentang apa yang akan saya alami. Contohnya saja, memulai menulis blog membuat saya merasa gugup apa saya mampu, membuat saya takut dan tidak tenang apakah saya bisa meneruskan blog ini sampai dalam jangka waktu yg lama.

Sama sepertinya saat saya pertama kali menjadi seorang yang percaya Yesus. Saya merasa gugup dan gelisah. Ada setumpuk pemikiran, perasaan, pertanyaan yang mengaliri hati dan pikiran saya. Saya mulai berfikir, apakah keluarga saya, yang tidak dilatar belakangi kekistrenan, akan berfikir saya membelot dari agama saya, apakah mereka akan menerima saya. Perasaan gelisah akan sikap yang tidak mendukung dari keluarga dan lingkungan timbul bersamaan. Tetapi, lebih dari semua itu ada perasaan gembira, damai, dan suka cita yang begitu besar yang mengalahkan semua ketakutan itu.

Satu ilustrasi dari Lukas 15: 4-7 menggambarkan bahwa bukan hanya kita yang bersuka cita saat kita menyerahkan diri kita pada Allah. Pada Lukas 15:5-7, jelas terlihat bahwa perasaan gembira yang dirasakan oleh gembala yang menemukan domba yang hilang merupakan perumpamaan yang melukiskan suka cita Allah atas pertobatan kita. Seorang gembala mencari dombanya yang hilang karena takut satu domba hilang tersebut akan di santap oleh hewan predator lainnya. Domba tersebut tidak mampu melindungi diri sendiri tanpa dijaga oleh si gembala.

Sama halnya seperti kita yang tidak mampu keluar dari kungkungan dosa kita tanpa satu satunya jalan yaitu Yesus Sang Juruselamat kita. Saya sadar sekali bahwa jika saya sendiri yang mencari jalan untuk keluar dari dosa, saya tidak akan sanggup, namun dengan kemurahan dan keinginan Tuhan, Ia sendiri yang menyelamatkan saya dan memberikan satu awal hidup yang baru bagi saya. Cinta Tuhan yang begitu besar, lembutnya hati Allah yang penuh pengampunan, serta besarnya kemuliaan Bapa yang mau menerima saya apa adanya, itulah yang menyelamatkan saya, bukan karena kekuatan dan kemampuan saya.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2: 8-9).

Saya ingin berbagi satu lirik yang sangat menggugah, ditulis oleh seorang manusia yang bisa digolongkan paling kejam, John Newton, seorang kapten kapal yang membawa budak-budak dari Afrika ke Amerika secara tidak manusiawi. Lagu ‘Amazing Grace’ ini ia tulis setelah ia menerima Yesus sebagai juruselamatnya.

"Amazing grace, how sweet the sound
that saved a wretch like me.
I once was lost, but now I'm found.
Was blind, but now I see."